Translate
Selasa, 01 Mei 2012
tangkahan surga di jantung leuser
Pantai kupu-kupu, gua sekucip, lokasi raflesia dan taman bunga di atas gunung, pernahkah Anda mendengar nama-nama itu? Mulai sekarang, hapal baik-baik, karena lokasinya hanya beberapa kilometer dari Medan. Ya, kami sedang bicara soal Tangkahan, Langkat. Tangkahan adalah kejutan. Kami bisa mempertanggungkan definisi singkat ini. Sebab, banyak kenyataan yang memang tak terduga di sini. Mulai dari fasilitas penginapan yang bertaraf cottage hingga objek-objek wisata yang bahkan satu kelas di atas Bukit Lawang. Di sini pengunjung dapat bertarung melawan arus Sungai Batang Serangan sambil ber-chubing ria. Semuanya bisa membangkitkan rasa ingin menaklukkan. Tangkahan adalah daerah kecil di Kabupaten Langkat. Daerah ini masih menyimpan kekayaan alam seperti hutan, sungai, flora dan fauna, yang di tempat lain sudah punah keberadaannya. Belakangan, Tangkahan makin dikenal sebagai destinasi ekowisata baru di samping Bukit Lawang, yang masih berlokasi di sekitar kawasan pegunungan Leuser yang gagah. Perjalanan dari Medan ke Tangkahan sekitar 3 jam. Sebenarnya jaraknya lebih dekat dari Bukit Lawang, tapi jalan ke sini memang masih agak buruk, meskipun ada juga bus-bus besar yang melewatinya.
beberapa tempat yg bisa di kunjungi
Sumber Air Panas
Tepat di seberang penginapan Jungle Lodge, di tepi Sungai Buluh, ada sebuah goa yang di dalamnya mengalir air panas. Goa ini cukup besar sehingga Anda bisa berbaring dan merendam tubuh di aliran air panas alami ini.
Di dekat pertemuan Sungai Buluh dan Sungai Batang Serangan terdapat air terjun kecil. Anda harus berjalan ke cekungan sungai sekitar 100 meter untuk mencapai air terjun ini. Duduk di bawah air terjun ini sangat menyenangkan, serasa mendapatkan pijatan alami!
Air terjun yang lebih besar juga ada di Tangkahan, namun Anda harus berjalan menyusuri Sungai Buluh terlebih dahulu dan bahkan harus berenang di sungai ini di bagian tertentu. Cukup mendebarkan bukan?
Goa
Di Tangkahan terdapat goa kelelawar, ya dinamakan demikian karena goa ini merupakan rumah bagi ribuan kelelawar. Namun jangan khawatir, goa ini sangat aman untuk dimasuki, asalkan Anda tidak membuat kegaduhan di dalamnya. Goa ini akan tembus ke pintu di seberangnya, dan… begitu keluar di mulut goa yang satunya, Anda bisa pulang kembali ke penginapan dengan cara yang baru, yaitu tubing!
Tubing
Jangan bilang Anda pernah ke Tangkahan, jika belum melakukan aktivitas yang satu ini. Tubing hampir sama dengan rafting, bedanya jika pada saat rafting kita menggunakan perahu karet, tidak demikian dengan tubing. Kita akan duduk di atas ban dalam truk yang sangat besar dan telah dipompa, lalu mengalir begitu saja mengikuti arus sungai sampai ke titik tertentu sambil menikmati pemandangan di tepi sungai. Sangat mendebarkan!
Tapi jangan khawatir, para pemandu di Tangkahan semuanya sudah sangat berpengalaman dalam kegiatan ini, dan mereka juga terlatih untuk hal keselamatan dan prosedur standar operasional.
Sejarah Tangkahan
Selain memiliki potensi wisata yang sangat tinggi, Tangkahan juga memiliki cerita yang sangat menarik, yang telah menjadi inspirasi dan pembelajaran bagi para penggiat wisata dan pelestarian alam di berbagai kawasan lindung di Indonesia.
Anda mungkin tidak pernah membayangkan, bahwa Tangkahan, kawasan ekowisata yang indah dan alami ini dulunya merupakan salah satu titik pusat penebangan liar (illegal logging) di kawasan Taman Nasional
Gunung Leuser.
Dulu, illegal logging merupakan pendapatan utama bagi masyarakat di hutan Tangkahan. Begitu besarnya pendapatan tersebut sampai mereka mengabaikan perkebunan mereka. Namun, semakin lama keamanan hutan dan usaha penangkapan kepada penebang liar semakin diperketat dan memaksa para penebang liar ini untuk mencari penghasilan lain, yang tidak hanya berasal dari hutan namun aman dari jeratan hukum dan dapat berkelanjutan. Mereka kemudian kembali mengelola perkebunan mereka yang semula terbengkalai dan mulai untuk menjalankan ide mempromosikan ekowisata.
Masyarakat di kedua desa ini (yang dihuni oleh sekitar 2000 KK) setuju untuk mengembalikan kawasan Tangkahan sebagai kawasan wisata yang ramah lingkungan. Ini ditandai dengan dibentuknya Lembaga Pariwisata Tangkahan (LPT) yang merupakan lembaga lokal yang dipercaya untuk mengelola ekowisata dan bekerja sama dengan pihak taman nasional, sekaligus membentuk peraturan desa.
Dan, tahukah Anda, peraturan desa ini merupakan peraturan desa pertama di Indonesia yang disusun secara partisipatif, untuk mengatur tentang konservasi dan pranata sosial secara langsung, sebelum diadopsi di berbagai daerah di Indonesia.
Seiring berjalannya waktu, karena objek wisata yang cukup menarik dan semuanya terdapat di dalam Taman Nasional, maka dibentuklah kesepakatan antara LPT dan Balai TNGL yang dituangkan dalam Memorandum of Understanding (MoU). Kesepakatan ini ditandatangani pada tanggal 22 April 2002 oleh Kepala Balai TNGL selaku Pemangku Kawasan untuk memberikan hak kelola Taman Nasional kepada masyarakat Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang melalui LPT.
Sebuah langkah yang sangat berani untuk dilakukan pada saat itu, mengingat MoU tersebut adalah property right (asset kolektif) untuk mengelola kawasan seluas 17,500 ha untuk dijadikan kawasan ekowisata, di mana kawasan ini merupakan zona inti taman nasional yang seharusnya tidak diperuntukkan untuk kegiatan apapun kecuali penelitian.
Sebagai kewajibannya, masyarakat desa Namo Sialang dan Sei Serdang bertanggung jawab penuh untuk menjaga keamanan dan kelestarian TNGL yang berbatasan dengan wilayah desa tersebut. MoU tersebut adalah contoh dari ‘keluwesan’ pemerintah dalam mengelola kawasan lindung namun tetap berpihak kepada masyarakat lokal.
Kini, acuan kolaborasi dan berbagai sistem serta strategi pengembangan kawasan Tangkahan telah banyak diadopsi baik di tingkat nasional maupun internasional.
Akhirnya, pada tahun 2004, LPT mendapatkan Anugerah Penghargaan “Inovasi Kepariwisataan Indonesia” oleh Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Indonesia.
Tidak berhenti di sini, di awal tahun 2006, MoU ke-2 kembali ditandatangani oleh TNGL. Dan LPT pun membentuk Badan Usaha Miliki Lembaga (BUML), berkolaborasi dengan pihak TNGL untuk mengelola berbagai jasa lingkungan di TNGL. Dari sinilah, era integrasi antara ekonomi dan ekologi di kawasan Ekowisata Tangkahan tercipta dalam semangat kolaborasi, untuk melahirkan gelombang besar perubahan di TNGL.
Di Tangkahan, ekowisata merupakan cara yang terbukti efektif untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekaligus mencegah terjadinya aktivitas ilegal loging di sekitar kawasan. Kini, jumlah kunjungan wisata ke Tangkahan semakin meningkat tiap tahunnya. Tahun 2010, tercatat setidaknya 20.000 pengunjung domestik dan lebih dari 3.000 pengunjung mancanegara berkunjung kesini. Dan, perputaran uang di Tangkahan mencapai 3 Milyar Rupiah! Wow…!
Sejarah Tangkahan, tentunya menawarkan nuansa petualangan yang berbeda. Nah, jika Anda ingin berpetualang sekaligus melestarikan alam, Anda ditunggu di Tangkahan!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar